Selasa, 23 Agustus 2011

Dialektika Sang Pengeluh

by : Yasir barlianta

Mengapa tidak aku habiskan saja waktuku untuk menyembahmu wahai penguasa alam semesta ? .aku yakin engkau ada dan engkau adalah pengawas siang malam setiap raga yang telah engkau tiupkan ruh di dalamnya. Tapi aku percaya bahwa alam semesta ini adalah bagian dari dirimu. Engkau maha penyeimbang, maka aku berharap perlindungan mu untuk tidak jatuh ke dalam hitamnya kubangan duniawi saat berjalan di atas lapisan terluar bola dunia ini. Aku tidak berharap banyak tuhan, karna aku tahu engkau masih sibuk dengan miliaran make a wish dan permintaan curhat di saaat matahari mulai menampakkan cahayanya perlahan demi perlahan dan juga tangisan-tangisan penyesalan di sepertiga malam. Tuhan, apakah benar agama itu candu? Apakah derajatmu tidak lebih baik dari obat penenang. Menurutku engkau lebih dari miliaran butir obat penenang yang setiap hariny melewati kerongkongan-kerongkongan umat manusia yang merasa letih untuk melangkah dan terlalu sayu untuk menatap masa depan. Tuhan aku bukan hambamu yang terbaik, tapi engkau adalah tuhanku yang terbaik yang pernah aku miliki. Paling tidak selama 18 tahun ini aku telah bermiliar-miliar kali aku menghirup oksigen secara Cuma-Cuma. Tuhan aku hanya manusia pengeluh, imanku hanya ada disaat-saat tertentu. Tuhan kadang aku berpikir menjadi manusia yang paling hina. Mungkin engkau belum ada waktu untuk melirikku sejenak. Sudahlah tuhan, tidak mungkin aku menyalahkan dzat yang memberikanku kesempatan untuk hidup. aku berterima kasih untuk kehidupan yang layak selama ini. Tapi tunggu dulu tuhan, apakah selama ini apa yang aku lakukan di muka bumi ini telah baik dimatamu?. Banyak waktu dimana aku dan dan beberapa manusia lainnya menihilkan keberadaanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar